Senin, Desember 23, 2019

Benarkah Kita Umat Agama Damai?

Kita adalah umat agama damai, namun mengapa kita tak sudi jika agama lain merayakan hari besarnya?

Bahkan mengucapkan selamat pun dilarang. Padahal kita sendiri lima kali sehari semalam berteriak dengan pengeras suara, memanggil-manggil nama tuhan kita yang maha besar dan maha mendengar.

Siapapun harus mendengarnya, apapun agamanya. Lalu mengapa umat agama lain yang hendak merayakan hari rayanya tanpa berisik kita tak rela dan tak sudi?

Jumat, Desember 13, 2019

Hebatnya Para Penghafal

Hapal sebuah buku dianggap hebat, bisa diterima kuliah kedokteran tanpa tes. Apa korelasinya coba? Yang dihapal bukan pula kitab ilmu kedokteran.

Padahal otak kita sengaja melupakan banyak hal untuk menghemat energi.

Begitulah pendidikan kita yang masih jauh panggang dari api.

Selasa, Desember 10, 2019

Perlukah Mengubah-ubah Susunan Acara?

Untuk susunan acara dan resepsi pernikahan, biasanya telah memiliki susunan acara yang standar, telah dianggap 'baku', dan rata-rata pihak EO, MC, dan entertainment pendukung acara telah sangat hafal dengan susunan acara yang telah dianggap standar ini.

Susunan acara yang dimaksud antara lain bisa dilihat pada artikel kami dengan judul

Namun demikian, tentu beberapa dari mempelai maupun keluarga, terkadang berpikir bahwa mereka bisa menyusun acara dengan lebih baik. Mereka punya ide yang lebih bagus daripada susunan acara yang telah biasa. Hal ini tentu sangat wajar dan sah-sah saja, karena memang sudah sifat alami manusia untuk selalu merasa bahwa kita menemukan ide yang lebih baik. Teriakan I've got a better idea! adalah sesuatu yang sangat jamak dan beberapa di antaranya memang benar-benar sebuah awal dari penemuan baru yang sangat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia.

Namun di lain pihak, susunan acara yang selama ini telah dipakai, yang selama ini selalu diulang-ulang sehingga bagi beberapa kita menjadi membosankan, kurang greget, dan kurang dahsyat, telah melalui proses seleksi alam sehingga akhirnya terpilih menjadi acara yang standar, baku, dan selalu diterapkan secara berulang-ulang. Artinya memang itulah yang terbaik.

Jadi, jika Anda mengubah-ubahnya tanpa alasan yang kuat, besar kemungkinan acara Anda kualitasnya tidak akan sebagus kalau kita mempergunakan susunan acara yang biasa.

Saya akan mempergunakan beberapa contoh, dari yang sederhana sampai yang serius.

Contoh sederhana, dalam pelaksanaan resepsi secara umum susunannya sbb:
1. Penyambutan mempelai
2. Sesampainya mempelai di pelaminan, pengambilan foto mempelai dan orang tua
3. Tarian tradisional (bagi resepsi dengan adat tertentu)
4. Kata sambutan
5. Pemberian ucapan selamat
6. Foto bersama

Namun dalam satu kasus, pihak keluarga meminta agar susunan diubah, agar tarian yang seharusnya sebelum kata sambutan, dimundurkan menjadi sesudah kata sambutan, bersamaan dengan pemberian ucapan selamat.

Saya selaku MC menyampaikan bahwa acara bisa menjadi tidak terfokus, ketika tamu undangan bersalaman  dengan kedua mempelai lalu para penari juga menampilkan tarian. Namun panitia keluarga tetap bersikeras, dan hal tersebut dilaksanakan.

Alhasil, apa yang saya prediksikan memang terjadi. Suasana menjadi agak rush. Sesudah kata sambutan diberikan, hadirin dipersilahkan memberikan ucapan selamat dan oleh karenanya terjadi antrian rame yang sangat panjang, sedangkan para penari harus keluar dari balik sisi panggung melewati antrian hadirin tadi. 

Penari yang seharusnya melenggang-lenggok keluar dari balik panggung terpaksa harus meyibakkan antrian dan bilang "Permisi, permisi..." terlebih dahulu sebelum mencapai area di depan pelaminan. Ketika mereka menari pun, tentu saja konsentrasi hadirin telah terpecah. Bagi yang tengah bersalaman, tentu tidak akan pay attention kepada penari karena sibuk memberikan ucapan selamat kepada mempelai sembari beramah tamah. Demikinan pula dengan hadirin yang tengah mengambil makanan, tentu tak mungkin pula menghentikan menyendok gulai dan rendang sambil mata menyaksikan tarian.

Terlepas dari apapun alasan untuk perubahan susunan tersebut, hasilnya tidak lebih baik bukan? Malah lebih buruk, kalau begitu, that is not a better idea.
Okelah kita tentu tak perlu antipati terhadap eksperimen. Bagaimana kalau perubahan itu memang lebih baik dari yang selama ini dilaksanakan? Eksperimen boleh saja, tapi kalau hari bahagia Anda yang diharapkan hanya sekali seumur hidup dan dijadikan pula untuk ekperimen coba-coba, mau?

Kasus yang lebih parah terjadi sewaktu akad nikah, yang demi menghargai mempelai, tidak usah kita sebutkan dimana terjadinya dan kapan.

Jauh-jauh hari saya telah mengirimkan Buku Panduan Acara Pernikahan kepada mempelai agar segera menyusun nama-nama dan hal-hal yang harus dipersiapkan namun tentu susunan standar tersebut tak harus diubah.

Namun sewaktu teknikal meeting, saya mulai merasakan adanya beberapa keganjilan - eh hal-hal yang tidak biasa. Keluarga memberikan alasan karena "Adat kami memang begitu."

Anyway, saya tentu akan berusaha sebaik mungkin mengikuti kemauan klien.

Pada saat itu, mempelai wanita tidak dihadirkan dari awal (istilahnya diumpetin) dan sewaktu mempelai pria mengucapkan ijab qabul. Hal ini memang wajar, karena ada juga alasan keagamaan yang juga sependapat dengan hal seperti ini.

Namun, sesudah ijab dan qabul (bagian "Saya nikahkan..." dan "Saya terima nikahnya..."), biasanya mempelai wanita dipersilahkan masuk, kemudian keduanya menandatangani buku nihak sembari diabadikan, dilanjutkan dengan pemasangan cincin kawin dan penyerahan mas kawin, sembari diabadikan.

Setelahnya acara berlanjut dengan nasehat pernikahan dan kemudian sungkeman kedua mempelai pada orang tua.

Demikianlah biasanya, seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orang ketika akad nikah. Namun, dalam kasus ini keluarga tak sesuai dengan susunan acara seperti itu.

Ketika ijab qabul selesai, Pak Penghulu mempersilahkan mempelai wanita keluar untuk menandatangani buku nikah, namun keluarga bilang "Nanti saja, buku nikah akan dihantarkan ke dalam dan ditanda tangani di dalam." Walaupun saya rasa pak Penghulu merasa aneh, namun beliau tetap tersenyum, dan bilang tidak apa-apa. Saya lihat pak penghulu masuk ke dalam sebentar dan kemudian langsung keluar dan meninggalkan ruangan.

Namun pada saat itu, panitia keluarga kembali berkata, "Sekarang nasehat pernikahan."
Dalam hati saya berkata, "What? Nasehat pernikahan ketika mempelai wanita masih belum berada dalam ruangan? Bukankah nasehat itu untuk kedua mempelai dan bukan cuma untuk mempelai pria saja?" Whatever, saya persilahkan pemberi nasehat untuk menyampaikan tausyiah, tanpa dihadiri oleh mempelai wanita.

Lalu sesudah nasehat pernikahan, mempelai wanita sebelum dihadirkan juga dijemput terlebih dahulu dengan diiringi oleh sholawat. Dan di dalam buku panduan pernikahan yang telah dimodifikasi oleh keluarga, acara selanjutnya adalah sungkeman. Ketika mempelai wanita dijemput, kursi-kursi untuk orang tua telah langsung disiapkan, dan orang tua juga langsung duduk di kursi untuk sungkeman tersebut.

Mempelai wanita memasuki ruangan dan langsung saya pandu untuk sungkeman kepada orang tua dan sesepuh. Ternyata panitia baru sadar, bahwa kedua mempelai belum berfoto dengan buku nikah, cincin kawin belum dipasangkan, dan mas kawin belum diserahkan...

Panitia mulai tampak kebingungan, dan saya tampak seperti orang bodoh.

Namun berusaha untuk tetap tenang, saya sampaikan bahwa nanti aja setelah sungkeman kedua mempelai berfoto dengan buku nikah, dan juga pemasangan cincin dan penyerahan mas kawin.

Ketika akhirnya sungkeman selesai, kedua mempelai, however, berfoto dengan buku nikah - namun dengan latar belakang orang tua yang duduk di kursi sungkeman. Tak etis lah kalau mereka disuruh pindah. Pemasangan cincin pun demikian, begitu pula penyerahan mas kawin.

Terasa aneh, terasa ganjil, dan kacau balau lau lau lau....
Kalau tujuan mengubah-ubah acara demi sesuatu yang lebih baik, lalu kalau jadinya kayak gini...? Malah jauh lebih buruk, bukan?

Lalu ketika itu masih berlangsung, seorang panitia yang dari awal sok ngatur, seorang bapak-bapak berkumis menginstruksikan saya untuk menutup acara dan mempersilahkan hadirin menikmati hidangan.

Well, saya laksanakan. Padahal selayaknya sesudah sungkeman kedua mempelai berfoto dulu dengan orang tua dan saudara kandung setelah akad nikah, karena busana sewaktu akad berbeda dengan waktu resepsi. Lalu keluarga terdekat memberikan ucapan selamat sebelum acara ditutup dan hadirin dipersilahkan menikmati hidangan.

Perasaan galau dan sungguh tak puas.

Lalu untuk resepsi, ada pula sedikit hal yang hendak dimodifikasi lagi. Bahwa akan ada penampilan marawis dan tari 'japin' ketika mempelai sampai di pelaminan dan bersamaan dengan pengambilan foto simbolis.

Kembali saya mengernyitkan kening dan berkata dalam hati "What?"
Namun saya sampaikan bahwa itu teknisnya sulit, karena bagaimana mungkin tim fotografer mengambil foto ketika ada marawis dan penari 'japin' tengah beraksi di depan panggung? Kenapa tidak kita tunggu saja pengambilan foto yang hanya berlangsung kurang dari dua menit itu sebelum mempelai dipersilahkan duduk?

Mungkin akal sehat sudah mulai timbul, mungkin pula sudah terbersit rasa bersalah atas segala kekacauan sewaktu akad, panitia mendengarkan kata saya dan tak pernah mengintervensi lagi sewaktu resepsi dilaksanakan dengan prosedur standar. That is the best run down.

Akhirnya resepsi berlangsung dengan sukses, dan alamak alangkah malunya kalau sampai kacau balau pula di resepsi, mengingat tamu-tamunya banyak pengusaha dan pimpinan mempelai di tempat kerja, juga civitas akademika dari fakultas kedokteran universitas tertua dan terbesar di Indonesia tempat mempelai berkuliah.

Analisa saya, hal kejadian ini dikarenakan adanya arogansi dari beberapa panitia (laki-laki) yang berpendapat bahwa ini tak boleh itu tak boleh, dan adat kita begini. Padahal bapak-bapak panitia tersebut, saya lihat bukanlah orang yang berpendidikan cukup tinggi, terlihat kolot dan tidak banyak memahami bagaimana 'adat' kalau kita menyelenggarakan resepsi di gedung.

Para vendor pernikahan ini, dan juga saya selaku pembawa acara, memang adalah orang-orang yang dibayar oleh klien. Namun demikian, kalau ada sesuatu yang tidak berjalan dengan semestinya, tetap saja kita merasa tak puas, terlepas dari berapapun bayaran yang diterima.

Berhari-hari kasus ini menjadi pemikiran saya, hingga makan tak enak tidur pun tak nyenyak...
Mudah-mudahan dapat menjadi hikmah bagi kita bersama. Sekarang pun, kalau masih teringat akan kejadian, ini rasa gondok di hati pun tetap muncul, he he...






Make Yourself Useful!

"Make yourself useful."
Ungkapan dalam bahasa Inggris ini sering kita dengar dalam berbagai kesempatan. Artinya adalah: buatlah dirimu menjadi berguna. Jadikanlah dirimu seorang yang bermaanfaat, minimal untuk diri sendiri. Syukur-syukur bisa pula bermanfaat bagi orang lain.

Dua Jenis Manusia


Pada dasarnya manusia itu hanya terbagi dua, yaitu manusia berguna dan manusia tak berguna.

Manusia yang berguna, pertama-tama ia berguna bagi dirinya sendiri. Mampu menghidupi dirinya sendiri. Ini adalah manusia berguna tingkat dasar.

Untuk dapat menghidupi diri sendiri, seorang manusia harus menjadi berguna terlebih dulu, dan memberikan manfaat bagi orang lain, sehingga ia layak mendapatkan upah atau imbalan atas manfaat yang telah diberikannya tersebut. Itulah gaji yang kita terima, atau duit yang didapat dari hasil usaha. Semakin besar manfaat yang kita berikan, semakin besar pula orang mau membayar kita.

Setelah berguna bagi dirinya sendiri dan kemudian seseorang juga berguna bagi orang lain, maka itulah yang kita sebut manusia yang mulia. Semakin ia berguna untuk banyak orang, semakin mulialah dia. Orang yang sangat mulia akan dikenang oleh banyak orang melampaui masa hidupnya.

Sedangkan manusia tak berguna, ia tak memberikan manfaat untuk siapapun. Jangankan bermanfaat untuk orang lain, untuk dirinya sendiri pun tidak. Ia tak bisa menghidupi dirinya sendiri, mencarikan sendiri makan untuk perutnya sendiri, pakaian untuk badannya sendiri, apalagi rumah untuk tempat ia berdiam. Semua masih berasal dari orang lain, walaupun masih orang tua atau saudara sendiri.

Dan yang lebih buruk lagi adalah manusia yang sudah lah tak berguna, namun suka pula mengganggu orang lain dan berbuat kekacauan di atas dunia ini. Itulah seburuk buruknya manusia.

Mari kita ke depan kaca, kita lihat jelas-jelas bayangan yang ada di kaca, kita tanya diri sendiri, termasuk golongan manusia yang manakah aku?

Kalau masih belum berguna, ayo mari kita berubah menjadi manusia yang berguna!

Tangerang, Minggu 10 Desember 2017

Jumat, Desember 06, 2019

Penipuan Lewat Telepon Memakai Namaku dan Fotoku

Teman-temanku di FB yth. Upaya penipuan dengan mencatut nama dan identitas teman sudah sering kita dengar, namun aku tak menyangka hal ini juga akan menimpaku.

Baru-baru ini seorang teman mendapat telepon dari seseorang yang mempergunakan foto dan namaku, menawarkan iming-iming mobil lelangan dengan syarat mentransfer sejumlah uang. Untunglah orang yang hendak ditipu tidak gampang saja dikibulin.

Untuk semua teman-temanku, handai taulan dan relasi, jangan percaya kalau ada orang yang pakai foto dan identitas aku lalu menawarkan sesuatu atau minta uang. That's not me. Saya tak akan pernah minta uang pada rekan-rekan semua atau menawarkan hal-hal kayak gini via telepon.

Mudah-mudahan tidak ada yang sampai tertipu. Buat Ms. Ria, thank you udah merekam percakapannya, kocak banget deh :D

Berikut hasil rekamannya yang sudah aku upload ke Youtube.


Kamis, Desember 05, 2019

Pantun Pasambahan Menyambut Mempelai dalam Prosesi Adat Minang

Yth. Dunsanak Sekalian;

Cukup lama sudah saya menjalani profesi sebagai MC pernikahan Adat Minang di Ibukota Jakarta.
Sudah belasan tahun sejak dari 2005. Oleh karena itu saya ingin membagi ilmu bagi rekan-rekan atau adik-adik yang juga tertarik untuk belajar menjadi MC adat Minang, karena pendapatan dari MC juga sangat menjanjikan, he he...

Berikut ini adalah pantun adat Minang yang selalu aku pergunakan dalam penyambutan kedua mempelai (anak daro jo marapulai). Pantun-pantun dan pituah tersebut aku susun dari berbagai pantun yang sudah ada sejak dulunya di ranah Minang. Semoga bermanfaat.

PASAMBAHAN
PENYAMBUTAN MEMPELAI
DALAM RESEPSI ADAT MINANG

Lah tadanga suaro gandang, ditingkah dek si pupuik sarunai, tandonyo urang Minang baralek gadang, maarak anak daro jo marapulai.

Sairiang balam jo barabah, balam lalu barabah mandi. Sairiang salam jo sambah, sambah lalu salam kumbali.

Lah dilayangkan pandangan nan jauah, ditukiakkan pandangan dakek, dierengkan pulo pandangan sakuliliang, suok jo kida, lah tibo bana rasonyo di nan patuik, patuik lah nyato manuruik alua.

Dibulekkan aia ka pambuluah, di bulekkan kato jo mufakaik. Jikok bulek nyo kini lah dapek digoloangkan, jikok picak nyo lah dapek kito layangkan. Hari rancak kutiko baiak, bungo nan sadang kambang, maso nan sadang manyalasai, kapa balayia hanyo lai.

Buah cubadak di tangah laman, dapek dijuluak jo ampu kaki, usah lamo tagak di halaman, ambiak cibuak basuah lah kaki.

***
Mano lah sagalo niniak ko mamak; cadiak pandai, alim ulama, suluah bendang dalam nagari. Nan gadang basa batuah, nan bapucuak sabana bulek kok baurek sabana tunggang, tingginyo tampak jauah, gadangnyo jolong basuo, kapai tampek batanyo ka pulang tampaik babarito.

Capek kaki ringan tangan, capek kaki indak panaruang ringan tangan indak pamacah, arih bijaksano, tau jo ereang gendeang, alua jo patuik, raso jo pariso, pamaga adaik jo limbago. Nan dianjuang tinggi dihamba gadang, ditinggikan sarantiang didahulukan salangkah, padoman anak ko kamanakan, tampek batenggang dek urang kampuang.

Sarato bundo kanduang kami, limpapeh rumah nan gadang, ubek jariah palarai damam, sumarak anjuang di ranah Minang. Lapa nan tampek mintak nasi, auih nan tampek mintak minum, amban puruak aluang bunian, pusek jalo kumpulan tali, hiasan dunia jo akhiraik, payuang panji ka sarugo.

Ketek kok indak kami sabuikkan namo gadang kok indak bahimbaukan gala, indak babarih jo ba balabeh, indak babateh sarato bahinggo, indak pulo nyo basisiah jo basibak, salam jo sambah kami tatumpak bakeh dunsanak kasadonyo.

***
Tanam siriah tanam lah pinang. Tanam lah pulo si karakok di halaman. Cabiak siriah, gatok lah pinang, iyo baitu hati kami mangku sanang.

Siriah nan sahalai iyo mintak dicabiak, kok pinang sabuah mintak digagok, sarato sadah nan mintak dipaluik, bia manih taraso diujuang lidah, paik nyo nak turun ka rangkuangan, mambayang ka muko, baitu bana sanangnyo hati kami, sajuak dalam kiro-kiro. Manyongsong marapulai jo anak daro, ayah jo bundo, niniak jo mamak, adiak jo kakak, cukuik rombongan kasadonyo. Kok kurang laweh lah si tapak tangan, jo nyiru kami tampuangkan. Baitu bana nyo dunsanak kasadonyo.

***
Ranah Minang, baranah jo batapian, ba sawah jo nan baladang, bakoroang jo bakampuang, basurau jo bamusajik, bapandam jo bapakuburan, ba malin jo bapangulu, ba adaik jo ba limbago.

Adaik basandi syarak, syarak basandi ka Kitabullah, syarak mangato adaik mamakai, baitu kito di Minangkabau sajak saisuak, sampai kini bapakai juo.

Kaluak paku kacang balimbiang, tampuruang lenggang lenggokkan, baok manurun ka saruaso. Anak dipangku kamanakan di bimbiang, urang kampuang dipatenggangkan, jago adaik jan sampai binaso.

Ramo ramo tabang malayang, hinggok nyo di ateh buah palo. Lamo bana kito di rantau urang, adaik jo limbago jan sampai lupo.

Bara lah tinggi si bangau tabang, nan pulangnyo ka kubangan juo. Rami bana budayo datang, budayo kito kambangkan juo.

***
Salamaik datang anak daro jo marapulai, ayah jo bundo, sarato rombongan kasadonyo. Jikok nan diama alah pacah, nan dimungkasuik alah sampai, nan dinanti-nanti alah tibo nan dijapuik alah pulo tabao, anak daro jo marapulai.

Anak daro nan rancak banamo ...
Anak dari ...
Marapulai nan gagah banamo ...
Anak dari ...
Anak daro jo marapulai, sarato ayah jo bundo kami persilahkan naik ke atas panggung pelaminan.


Bagaimana menurut Anda pantun dan pepatah-petitih yang aku susun di atas? Apakah menurut Anda masih perlu ditambah atau dikurangi agar lebih baik? Mohon komentarnya ya.

Salam,
Wady Afriadi

Ayo Mampir di Chanel Youtube Aku!

Dear all;

Akhir-akhir ini aku semakin aktif membuat video di chanel Youtube-ku, yang sebenarnya sudah ada sejak tahun 2008, tapi sebelumnya aku tidak begitu banyak mengupload video untuk publik. Paling chanelku isinya video rekaman anak-anakku atau beberapa video lain yang mungkin tidak begitu menarik untuk banyak orang.

Namun sejak setahun belakangan ini aku makin banyak membuat video untuk banyak orang, di antaranya video tutorial bermain alat musik, video aku mengemudi, dan juga video rekaman ketika aku jadi MC/ pembawa acara pernikahan.

Jika berkenan, silahkan buka-buka chanel Youtube aku ya! Mudah-mudahan ada yang bermanfaat.
Alamat URL chanel aku yaitu:

https://www.youtube.com/channel/UCe9I-Hd9-QNVgsoISNU6cmg

Berikut ini adalah salah satu video dari chanelku, ketika aku jadi pembawa acara di sebuah gedung di dekat Taman Mini, Jakarta, beberapa waktu lalu.


Silahkan mampir ya, jangan lupa tinggalkan komentar maupun saran agar aku bisa lebih baik ke depannya.

Salam,
Wady Afriadi

Kabarku di Akhir 2019

Halo... Selamat bertemu kembali untuk semuanya dan terima kasih telah mampir di blog-ku ini.

Cukup lama aku mengabaikan halaman blog ini, karena di hari-hari jaman sekarang ini menulis sesuatu di blog bukan lagi sesuatu yang keren dan menarik. Jauh lebih menarik untuk mengupdate status di media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, atau media sosial lainnya.

Aku sendiri juga lama hanya terpaku di media sosial yang aku sebutkan di atas untuk membuat status dan mengabarkan berbagai hal tentang aku maupun juga pikiranku dan pendapatku untuk hal-hal yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan.

Namun beberapa hari ini terbersit kembali niatku untuk menulis di blog ini, sebagai catatan yang akan kutinggalkan jika aku sudah tiada kelak. Biarpun hanya satu tetes dari air lautan, atau sebutir pasir di antara padang pasir yang maha luas.

Kabarku sendiri saat ini baik, tiap hari kujalani dengan rutinitas mengajar seni musik di sekolah tempat aku mengabdi, Binus School Serpong, sejak 2011. Sudah lama juga ya.

Selain itu di akhir pekan aku juga jadi pembawa acara (MC) pernikahan, terutama yang memakai adat Minang, ranah kelahiranku.

Aku juga harus membesarkan dua orang anakku yang sudah jadi anak piatu, sejak mama mereka meninggal setelah melahirkan putraku tepat pada tanggal 1 Januari 2013. Sebuah tragedi yang tak pernah terbayangkan bahkan dalam mimpi terburukku sekalipun.

Saat ini si kakak udah kelas enam SD, dan si adek kelas satu SD. Tak sampai satu tahun lagi si kakak akan melanjutkan pula sekolah SMP. Putriku yang paling tertua dari pernikahanku yang pertama saat ini sudah kelas tiga SMA pula, dan tahun depan kuliah. Namun ia semakin jarang bertemu dengan kami.

Begitulah, hari demi hari aku jalani, mencoba berjuang menghadapi berbagai cobaan dan masalah dan syukurlah hari ini aku masih bertahan hidup untuk tetap berjuang.

Semoga kita semua dapat tetap sehat dan semangat menjalani hidup ini, mencoba berbuat yang terbaik walaupun pada akhirnya kita juga akan meninggalkan dunia fana ini.

Serpong, 5 Desember 2019