Jumat, November 27, 2015

Kaca Spion dan Tipu Daya Dalam Dunia Otomotif

Saya baru saja mengganti kaca spion Kijang Rover tua kesayangan (tahun '90) dengan kaca spion seharga 15 ribu yang dibeli lewat toko online tempat aku biasa beli onderdil.

Kaca spion ini sudah lama juga aku beli, namun dibiarkan saja sekitar setahun tak dipasang-pasang karena spion lama masih bagus. Selain itu aku juga sempat memandang sebelah mata, karena harganya yang murah. Kaca spion apaan seharga 15 ribu? Spion angkot aja kagak dapat segitu kali. Demikian kataku dalam hati.

Akhirnya, karena spion yang dipakai sekarang cukup sering menyenggol spion kendaraan orang lain, maka aku coba pasang spion yang sudah dibeli ini, mengingat posisinya yang bediri tegak, tidak seperti spion sebelumnya yang posisinya mendatar hingga lebih panjang.

Kaca spion aku sebelumnya memang tampilannya terlihat lebih keren, lebih tebal dengan bagian belakang pakai chrom, dan juga lebih mahal.

Aku membelinya seharga Rp 90 ribu di pusat toko onderdil BSD. Sepasang jadi Rp 180 ribu. Sedangkan ada pula temanku yang membeli kaca spion tersebut dengan harga Rp 450 ribu (!) sepasang.

Padahal, di toko online tempat aku biasa beli, yang juga berjualan di toko offline di bilangan Kalideres, Jakarta Barat, harga spion tersebut sebenarnya hanya Rp 45 ribu.

Jadi aku sebenarnya telah tertipu, dan temanku tertipu lebih buruk lagi, harus membayar harga yang sangat jauh di atas harga sebenarnya.

Ini tentu saja bukan pengalaman pertamaku kena tipu oleh pedagang onderdil, baik oleh montir maupun bengkel. Sebelumnya aku juga sudah banyak mengalami kejadian serupa, dikadalin ketika ada masalah dengan mobil.

Ternyata, spion murahan yang aku pasang tadi jauh lebih baik. Kacanya cembung sehingga area pandangan ke belakang jauh lebih luas daripada spion sebelumnya yang berkaca datar. Karena posisinya tegak, lebih kecil pula kemungkinan bersenggolan dengan spion kendaraan lain karena lebih rapat ke bodi mobil.

Akhirnya, ternyata barang murah yang aku beli jauh lebih bermanfaat, lebih baik dan lebih berguna daripada barang lebih mahal yang aku beli. Rasanya memang menyakitkan ditipu oleh para pedagang onderdil tak jujur, namun gimana lagi. Seringkali mereka main ambil-ambil dan main pasang aja tanpa berjelas-jelas tentang harga terlebih dahulu. Kita baru tau harga yang dikenakan setelah dikasih bon.

Oh iya, sebagai tambahan, pernah juga aku membeli engkol putaran kaca seharga Rp 75 ribu di Pondok Cabe. Tak lama kemudian aku tau harga sebenarnya dari engkol kaca tersebut hanya enam ribu rupiah saja.

Benar-benar WTF.

Tidak ada komentar: