Sebuah permasalahan klasik dalam penyelenggaraan pesta resepsi kembali terjadi hari ini di Gedung Indonesia Power (PLN), Jalan Gatot Subroto, Mampang, Jakarta Selatan.
Permasalahan yang saya maksud seputar sound sistem yang mengeluarkan suara berdenging sangat keras, dan sangat mengganggu kenyamanan suasana. Petugas sound system dirangkap oleh pemain organ tunggal, dan ia tidak selalu standby dan sering menghilang entah kemana, meninggalkan peralatan sound begitu saja. Seringkali ketika saya tengah membawakan acara sebagai MC, saya terpaksa berhenti bicara karena muncul suara berdenging sangat keras (disebabkan oleh settingan mikrofon yang kurang pas) dan menyakitkan telinga siapapun yang berada di ruangan.
Penyebabnya juga klasik: paket organ tunggal dan sound sistem berasal dari keluarga. Awalnya pihak penganten telah mengambil paket pelaminan beserta hiburan organ tunggal dan sound sistem - yang notabene adalah penyedia jasa profesional - namun beberapa saat sebelum hari-H mereka berubah pikiran. Organ tunggal dan sound sistem ditunjuk dari salah seorang keluarga yang kebetulan pemain organ.
Pemain organ, mungkin betul. Tapi kualitasnya? Maaf, sangat parah. Saya sendiri hampir tidak berhasil menyembunyikan kekesalan ketika menyanyikan lagu "Malereang", sebuah lagu Minang dengan tiga akor saja, yang sedemikian gampangnya namun pemain organ dari keluarga tersebut tak bisa memainkan akornya dengan benar!
Dan suara nguing-nguing (feedback) tadi yang sangat keras dan mengganggu tersebut hadir di sepanjang acara, dari awal sampai akhir resepsi. Sepertinya sang pemain organ - seorang bapak-bapak berusia lima puluhan - tidak begitu memahami cara mengeset volume dan level pada mixer sehingga suara-suara mengganggu itu bisa dieliminasi.
Padahal, dalam resepsi hadir salah seorang tamu VIP, Bapak Ir. H. Akbar Tandjung.
Ketika beliau memasuki ruangan, saya mengucapkan selamat datang dan beliau berdiri di samping speaker utama, menunggu selesainya pemberian kata sambutan.
Lalu tiba-tiba, "Nguiiiiiiingggg....!!!!" suara berdenging sangat keras keluar dari speaker kembali, tepat sekali ke telinga tamu undangan VIP, Bp. Akbar Tandjung tersebut. Saya lihat beliau terperanjat, walaupun beliau mencoba bersikap seolah tak terjadi apapun.
Lama juga suara tersebut hilangnya.. Pemain organ yang merangkap petugas sound sama sekali tak tampak di dekat peralatannya. Beberapa menit berlalu, ketika suara nguing tersebut makin keras barulah sang pemain organ muncul dan mencoba mengutak-atik beberapa tombol pada mixer. Saya hanya tertunduk tak berani menatap siapapun, apalagi ke Pak Ir. Akbar Tandjung yang merupakan salah seorang mantan petinggi negara ini. Entah para keluarga masih punya rasa malu atau tidak mengenai hal ini, saya tidak tahu.
Ketika acara sudah seharusnya selesai, jam satu siang lewat, keluarga penganten masih terus saja bernyanyi bergembira ria dengan penuh semangat diiringi oleh pemain keyboard dari salah seorang keluarga tersebut. Petugas katering mulai membongkar meja dan pondok-pondok makanan, namun hal ini tak menjadi pertanda bagi keluarga bahwa acara seharusnya sudah selesai. Dan banyak orang orang ingin pula menjadi MC, memegang mike memanggilkan orang-orang untuk berfoto bersama, sambil tak henti melontarkan celetukan-celetukan silly. Saya kemudian menyerahkan mikrofon sepenuhnya pada keluarga dan undur diri dari hadapan hadirin.
Sebuah pesta yang menurut saya jauh dari nyaman dan menyenangkan.
Wassalam,
Sutan Pamenan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar