Kamis, November 05, 2020

Korona dan Evolusi Manusia

Jadi seperti inilah alam semesta bekerja. Alam telah melahirkan manusia, namun ia juga bisa memusnahkannya.

Kita telah berevolusi menjadi makhluk sosial yang selalu bersama-sama. Pada jaman dulu pilihannya hanya dua: bergabung dengan kelompokmu atau mati. Jika kita seorang penyendiri, maka kecil kemungkinan akan mendapat makanan. Hidup kita pun akan segera berakhir diterkam binatang buas.

Kebersamaan dan ikatan yang erat dalam kelompok adalah hal yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Sampai kemudian kita mampu mengendalikan api, di malam hari kita selalu berkumpul untuk makan bersama di sekeliling api unggun, sembari menikmati kehangatan.

Berkumpul di depan api pulalah yang akhirnya membuat kita bercerita dan berbagi kisah satu sama lain. Ternyata berbagi kisah tersebut juga membuat kita jadi tambah pintar, karena kita belajar dari pengalaman orang lain.

Kita pun kemudian menetap dan mulai bertani serta meninggalkan cara hidup nomaden kita. Kita kemudian membangun negeri, berkembang biak makin banyak, mempergunakan pengetahuan dan teknologi yang makin berkembang, dan akhirnya sampailah kita ke jaman modern seperti adanya sekarang ini.

Tak disangka-sangka, kali ini kebersamaan kita diuji oleh sebuah virus bernama virus korona. Sang virus membuat kita tak lagi dapat berada berdekatan dengan manusia lain, membuat kita harus meninggalkan cara hidup yang telah kita praktekkan selama ratusan ribu tahun.

Pada level ekstrem, sang virus pun hanya memberi dua pilihan: menjauh lah satu sama lain, atau mati.

Akhirnya kita terpaksa menjaga jarak, mengadopsi cara hidup baru dan mempergunakan sistem online.

Akankah virus ini akan membelokkan evolusi manusia dari makhluk yang selalu bersama dan berkelompok menjadi makhluk yang hidup sendiri-sendiri? Kita masih belum mengetahui jawabannya.

Namun dengan segala pengetahuan dan kepintaran yang kita miliki kita berusaha keras untuk mengalahkan dan memusnahkan virus tersebut agar cara hidup lama kita dapat kita pertahankan.

Serpong, 26 Oktober 2020

Tidak ada komentar: