Jumat, Agustus 26, 2016

Kisah Nyata Sewaktu Perjalanan Payakumbuh - Padang



Pada suatu hari, aku hendak kembali ke Jakarta sehabis pulang kampung dari Payakumbuh, kota kelahiranku. Aku naik mobil travel dari Payakumbuh menuju bandara di Padang, kemudian rencananya perjalanan dilanjutkan dengan naik pesawat ke Jakarta. 

Selepas dari negeri Padang Panjang (tempat aku pernah kuliah di ASKI) yang dingin, tak jauh setelah air mancur Lembah Anai, mobil travel berhenti di sebuah restoran soto Padang di sebelah kiri jalan. Kami pun turun untuk rehat sejenak dan makan soto. Lumayan enak sotonya, apalagi disantap dalam di tengah udara pegunungan Padang Panjang yang dingin. 

Beberapa penumpang melaksanakan sholat dan ada pula yang sekedar bersantai-santai di bawah pepohonan. Ketika kami telah naik mobil travel kembali, mobilnya tidak bisa keluar karena ada mobil lain yang diparkir menghalangi mobil travel yang kami tumpangi tersebut. Tukang parkir yang mengatur kendaraan membunyikan peluit berkali-kali mencoba memanggil si pengemudi mobil tersebut, namun orangnya tak kunjung datang juga. 

Lalu aku bertanya kepada tukang parkirnya, "Kok dia parkir disitu ya da? Kan menghalangi mobil yang mau keluar?" Lalu si uda menjawab dengan sebuah ayat, "Iyya qana' budu, wa iyya qanasta'in." Tentu saja aku merasa heran. Aku tidak hendak berbicara masalah agama dengan si uda tukang parkir, kok dia membacakan sebuah ayat padaku? Aku tau lah arti dari ayat tersebut, yang merupakan sebuah ayat bacaan sholat. 

Sebelum aku bertambah bingung, si udah menambahkan, "Kapalo samo babulu, tapi pikiran balain-lain." Oh.. baru tau aku maksudnya. Arti dari kata-kata si uda adalah kepala memang sama-sama berbulu, tapi pikiran masing-masing kan saling berlain-lainan. "Oh.. baitu da." Jawabku singkat tanpa menambahkan apapun juga. 

Aku takut salah ngomong. Salah-salah ngomong ayat maupun masalah agama bisa-bisa aku dianggap menghina pula nanti. Tak beberapa lama, kemudian si pemilik kendaraan muncul dari belakang, rupanya ia habis buang air besar di sungai dan meninggalkan mobilnya begitu saja. Ia kemudian memindahkan posisi kendaraanya. Kami pun kembali melanjutkan perjalanan ke Padang.

Tangerang, Jum'at 26 Agustus 2016 (Kisah ini adalah kisah nyata yang aku alami, bukan kejadian yang dibuat-buat.)

Kamis, Agustus 11, 2016

Apakah Lazada Indonesia Penipu? Beli Charger Mobil Hanya Dikirim Dus Kosong


Aku sudah lama menjadi pelanggan toko online Lazada Indonesia dengan alamat Lazada.co.id. Selama ini aku tak pernah mendapatkan masalah yang berarti. Memang pernah aku menerima sebuah termometer yang pecah, namun setelah aku kirim kembali, mereka menggantinya dengan yang tidak pecah.


Namun kali ini benar-benar mengecewakan. Aku membeli sebuah charger mobil Xiaomi, dengan nomor order # 354792887, namun setelah aku buka kardusnya, isinya kosong melompong, chargernya tidak ada.


Setelah aku hubungi CS Lazada lewat chatting yang disediakan di website mereka, aku diminta untuk mengambil foto bukti dan kemudian mengirimkan pada mereka lewat email.


Well, aku pula yang repot jadinya.

Padahal tujuanku belanja lewat online supaya tidak repot. Sekarang aku harus meninggalkan pekerjaanku untuk mengambil foto dan menulis email, kemudian melampirkan foto tersebut dan mengirimkannya pada mereka.


Aku sangat marah dan kecewa. Kok toko online sebesar Lazada bisa memberikan pelayanan yang sangat buruk kayak gini.

Berikut adalah penampakan dari kardus kosong yang aku terima.








Catatan:

Tak lama setelah aku komplain ke pihak Lazada, mereka mengirimkan kembali padaku charger yang dibeli. Dan kali ini chargernya ada, bukan cuma dus, dan berfungsi dengan normal. Dengan demikian permasalahan telah terselesaikan.

Kamis, Mei 12, 2016

Diterima di Universitas Karena Hapal Isi Kitab Suci

Ada universitas tertentu yang bisa langsung menerima calon mahasiswa tanpa dites, asalkan hapal isi sebuah kitab suci walaupun tak tau apa artinya. Apakah ada korelasi antara prestasi akademik dengan tingkat hapalan seseorang?
Untuk apa menghapal sesuatu kalau sebagian besar hapalan tersebut tak pernah kita pergunakan? Padahal, melupakan sesuatu adalah mekanisme otak untuk menghemat energi.

Bedanya Manusia dan Kerbau

Ketika aku dibesarkan di Ranah Minang, ada petuah dari kakekku, seorang guru ngaji yang sangat dihormati di kampungku. Kata beliau padaku, "Manusia itu yang dipegang adalah omongannya, sedangkan kerbau yang bisa dipegang adalah talinya." Aku faham akan maksud beliau. Walaupun tidak diberi tali, manusia terikat dengan apa yang ia ucapkan. Kalau tak terikat dengan kata-katanya sendiri, mungkin itu adalah manusia sebangsa kerbau yang perlu diberi tali supaya bisa dipegang.

Pamanku Yang Dicap Sebagai PKI Seumur Hidupnya

Kemaren, entah kenapa henponku berdering tak henti-henti di sore hari kira-kira waktu ashar. Rupanya kakakku yang menelepon dari kampung. Karena panggilan tadi tak terjawab olehku, aku segera menelepon balik. "Ada apa da?" Tanyaku. "Kami semua sudah berkumpul di rumah Mak Tuan. Beliau sedang sakit payah dan dari tadi menanyakanmu juga berkali-kali, ia sangat ingin bicara denganmu." Yang kami panggil sebagai 'Mak Tuan' adalah mamakku yang bernama asli Lumani bin Moe'in. Mamak adalah istilah dalam bahasa Minang untuk paman. Beliau adalah kakak dari ibuku dan saat ini sudah sepuh, berusia lumayan lanjut, dan memang akhir-akhir ini sudah sering sakit. Semasa masih kuat beliau punya beruk untuk memetik kelapa dan juga membuka warung kopi tempat orang bisa ngopi sambil main domino. Telepon diberikan oleh kakakku pada beliau dan dengan suara yang berat, ia mencoba bicara padaku. " Af..." Kata beliau memanggil nama kecilku. "Ya mak. Bagaimana keadaan mamak kini?" Tanyaku. "Tolong maafkan kesalahan amak padamu. Bermaaf-maafan kita kalau..." Sebelum beliau menyelesaikan kalimatnya, aku langsung menyela, "Samo-samo mak. Aku yang muda yang perlu minta maaf ke mamak, karena kita tidak tak pernah tau siapa yang akan pergi duluan mak. Itu contohnya mamanya anak-anakku sudah mendahului kita mak, padahal masih muda. Kini bagaimana keadaan mamak?" Aku dengar beliau menangis. Selanjutnya kembali kakakku yang menjawab di ujung telepon. Beliau masih belum bisa banyak ngomong dan dan mohon do'aku agar keadaannya membaik. Ya, aku berharap semoga keadaan mamakku segera membaik. Terlalu banyak kepedihan yang harus ditanggungnya. Seumur hidupnya ia dicap sebagai PKI karena dulu lampu Petromax di warung kopinya pernah dipinjam untuk rapat simpatisan PKI di kampungku. Di kampungku, lampu Petromax yang memakai minyak tanah ini disebut sebagai lampu strongkeng. Lampu jenis ini adalah lampu yang paling terang cahayanya, ketika listrik belum mengalir ke kampungku. Bagi mamakku, meminjamkan lampu strongkeng tersebut untuk rapat rupanya adalah kesalahan terbesar yang akibatnya harus ditanggungnya seumur hidup. Ia dicap sebagai PKI yang hina, padahal ia tidaklah berbeda dengan masyarakat yang lainnya di kampungku. Ia seorang yang sholeh, selalu shalat lima waktu dan melaksanakan ajaran agama Islam dengan ta'at.

Foto beliau tanggal 9 Juli 2010, ketika aku tengah pulang kampung.