Senin, Juni 29, 2020

Berhutang


Dulu aku sangat kagum dg sistem di AS yg memberikan pinjaman pada mahasiswa dg mudah untuk membiayai kuliahnya (student's loan). Namun ternyata itu bukanlah kebijakan yang bagus juga, karena para mahasiswa tersebut sudah memiliki hutang segunung bahkan sebelum mereka punya pekerjaan dan penghasilan. Bagaimana jika mereka tak dapat pekerjaan yang layak? Mereka akan berada dalam masalah besar.

Di negeri kita tidak dikenal yang namanya student's loan atau pinjaman mahasiswa tersebut. Tidak akan ada bank atau lembaga keuangan yang akan mau memberikan pinjaman kepada mahasiswa untuk membiayai kuliahnya. Jadi masalah yang sangat umum di AS tersebut tidak ada disini.

Berhutang memang adalah sesuatu yang perlu kita pertimbangkan masak-masak sebelum melakukannya. Banyak orang terlilit masalah besar dalam kehidupannya yang berawal dari hutang. Apalagi hutang kartu kredit dengan bunga yang mencekik leher. Bunga kartu kredit di Indonesia mungkin salah satu yang tertinggi di dunia, mencapai 49% setahun.

Lembaga keuangan pemberi hutang di Indonesia juga merekrut preman untuk menyelesaikan pembayaran yang macet. Jadi masalah hutang diselesaikan dengan jalur premanisme, intimidasi secara fisik, dan pemaksaan secara biadab.

Aksi-aksi para preman bengis dalam melakukan teror terhadap orang yang berhutang sering sekali kita baca di media.

Oleh karena itulah kita sebaiknya memang menghindari berhutang. Berhutang lah jika Anda yakin sanggup membayarnya. Jika tidak mampu, jangan.

Saya sendiri semakin lama semakin tidak menyukai hutang-hutang yang saya miliki. Walaupun aset-aset paling besar yang aku miliki didapatkan dengan cara kredit. Aku bertekad setelah cicilan KPR ku lunas, aku tidak mau lagi berhutang. Cukuplah sudah. 

Senin, Juni 01, 2020

Benarkah Disiplin ala Militer Bagus?



Disiplin

Banyak dari kita yang sangat mengagungkan disiplin ala militer, sehingga orang-orang yang menerapkan disiplin militer dianggap akan sukses dalam hidupnya. Tak sedikit pula dari kita yang menganggap bahwa mendidik anak dengan disiplin ala militer akan membuat mereka sukses.

Namun, jika kita amati, disiplin ala militer adalah disiplin berdasar paksaan. Seseorang dipaksa melakukan sesuatu, yang mungkin bukan keinginannya sendiri.

Pemaksa adalah atasan. Pimpinan. Oleh karena itulah posisi kapten, mayor, dan jenderal adalah posisi terhormat karena mereka adalah pemberi instruksi (pemaksa) dan bukan yang dipaksa untuk melakukan sesuatu.

Konsekuensi dari tidak mengikuti perintah adalah hukuman. Kamu laksanakan itu, atau jika tidak kamu akan dihukum. Kamu datang tepat waktu atau kamu dihukum push up, dijemur di bawah matahari, atau lari keliling lapangan tanpa baju.

Kamu mencebur ke dalam lumpur itu atau kalau tidak kamu saya hajar. Kamu rapikan baju dan topimu, atau kalau tidak... Dan lain sebagainya.

Jika semua itu kita dianggap bagus, mungkin memang demikian, jika kita dalam militer.

Namun sayangnya kehidupan ini bukanlah dunia militer. Dunia kerja bukanlah dunia militer. Dan apabila kita melakukan kesalahan, hukumannya seringkali tidak langsung kita terima.

Suatu kantor memang mewajibkan karyawannya datang jam 9 pagi, namun jika telat karyawan tidak akan disuruh push up, squat jump, atau lari keliling lapangan tanpa baju.

Seorang guru misalnya, juga tak akan langsung mendapat hukuman jika ia tidak bisa mengajar murid-muridnya dengan baik.

Hukuman dalam kehidupan ini bersifat konsekuensi, dan seringkali konsekuensi itu baru hadir jika sebuah kesalahan telah ditumpuk sedikit demi sedikit, dalam waktu yang lama.

Karyawan terlambat lima menit, manajer mungkin hanya tersenyum. Terlambat semakin sering dan tambah lama, karyawan akan diajak bicara oleh manajemen. Tak juga mampu datang tepat waktu maka kontrak mungkin tidak diperpanjang. Tapi itupun setelah kontrak periode berjalan selesai dulu.

Guru yang tidak bisa mengajar dengan baik, untuk beberapa saat tetap bisa bertugas, sampai suatu saat kepala sekolah memanggil untuk berdiskusi. Kinerja gak jua membaik maka suatu saat mungkin datang surat pemindahan atau mutasi. 

Jadi demikianlah kehidupan ini bekerja. Untuk bisa bertahan dan sukses dalam hidup ini, aku rasa seseorang harus bertindak bukan karena paksaan dan dibawah ancaman hukuman berupa corporal punishment, tapi murni karena kemauan dari hatinya sendiri.

Oleh karena itu kedisiplinan yang paling baik menurutku adalah self-discipline, disiplin diri sendiri tanpa dipaksa, diinstruksikan atau disuruh-suruh dulu. Self-discipline inilah yang aku kira sangat penting ditanamkan pada anak-anak kita sejak dini.

Itulah hasil renunganku pagi ini. Bagaimana menurut Anda?