Minggu, Mei 27, 2012

Tuty & Matthias, Cengkareng

Sunday, May 27th, 2012

The wedding of

Tuti Sehud and Matthias Poppelmeyer
@ Kapuk, Cengkareng, West Jakarta

Congratulations and thank you for hiring MC Wady for your biggest day

Have a wonderful new life for you both in Germany after the wedding

Wish you all the best,
MC Wady

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, Mei 24, 2012

Panduan Acara Pernikahan

Layanan profesional kami untuk semua klien: panduan acara pernikahan yang disusun dengan jelas dan berdasarkan pengalaman selama menjadi MC.

Semua klien akan dikirimkan file panduan ini dalam format Microsoft Word, untuk diedit dan diisikan data-data sesuai dengan acara nantinya. 

Selain ini, untuk memudahkan klien, kami juga menyiapkan konsep kata sambutan yang akan dibacakan.








Selasa, Mei 15, 2012

Reception at The Sultan Hotel

Wedding Reception at The Sultan
Saturday, May 5th, 2012
7 - 10 pm.

The Sultan adalah nama hotel bintang lima yang terletak di kawasan Senayan, yang dulunya bernama Jakarta Hilton International Hotel. Untuk kesekian kalinya, MC Wady dipercaya sebagai host dalam resepsi di hotel ini pada tanggal 5 Mei 2012 yang lalu.



 Foto-foto miniatur dari The Sultan


Persiapan chamber music, cek sound system, tes kamera, sibuk BBM-an :), dll., 
di sore hari sebelum acara

The newly weds

Pemutaran video dokumentasi pasangan yang berbahagia


And.... Please welcome, our marvelous MC for tonight... !

Jumat, Mei 11, 2012

Sejarah Singkat Kota Depok

SEJARAH SINGKAT KOTA DEPOK

Dahulu, Kota Depok hanya lah berupa dusun terpencil yang ada di tengah hutan belantara. Namun, pada tanggal 18 Mei 1696 seorang saudagar Belanda yang merupakan mantan pejabat tinggi VOC, Cornelis Cahstelein membeli tanah yang meliputi daerah Depok dan sedikit wilayah Jakarta Selatan serta Ratujaya Bojong Gede. Kemudian pada tahun 1871, Pemerintah Belanda mengizinkan daerah Depok untuk membentuk pemerintahan dan presiden sendiri. Pemerintahan tersebut berupa Gementee yang diperintah oleh seorang presiden sebagai badan pemerintahan tertinggi. Hingga tahun 1942, Gemeente Depok memegang kekuasaan atas kecamatan di dalamnya yang membawahi mandat (9 mandor) dan dibantu oleh para Pencalang Polisi Desa serta Kumitir atau Menteri Lumbung. Awalnya, luas daerah teritorial Gemeente Depok sebesar 1.244 hektare, namun terhapus pada tahun 1952 setelah terjadi perjanjian pelepasan hak antara Pemerintah RI dengan pimpinan Gemeente Depok, wilayah ini tidak termasuk tanah-tanah Elgendom dan beberapa hak lainnya.   

Penamaan kota ini sendiri menurut sesepuh asli Depok, kata Depok berasal dari kata De Volk yang berarti pemukiman yang dapat dibanggakan. Ada juga yang mengatakan bahwa Depok merupakan singkatan dari De Everste Protestante Organisatie van Kristenen yang dibuat oleh Chastelein. Namun, hingga saat ini asal-usul nama kota Depok masih menjadi perdebatan oleh sejumlah kalangan.

Perkembangan Kota Depok dimulai dari sebuah kecamatan dengan 21 desa yang ada di lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung Kabupaten Bogor. Di kawasan ini lah, pada tahun 1976, perumahan mulai dibangun. Hingga akhirnya pada tahun 1981, pemerintah membentuk kota Administratif Depok melalui Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1981. Peresmiannya diselenggarakan pada tanggal 18 Maret 1982 oleh Menteri Dalam Negeri (H. Amir Machmud). Kota administratif tersebut terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan dan 17 (tujuh belas) Desa, yaitu :
  1. Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam) Desa, yaitu Desa Depok, Desa Depok Jaya, Desa Pancoram Mas, Desa Mampang, Desa Rangkapan Jaya, Desa Rangkapan Jaya Baru.
  2. Kecamatan Beji, terdiri dari 5 (lima) Desa, yaitu : Desa Beji, Desa Kemiri Muka, Desa Pondok Cina, Desa Tanah Baru, Desa Kukusan.
  3. Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 6 (enam) Desa, yaitu : Desa Mekarjaya, Desa Sukma Jaya, Desa Sukamaju, Desa Cisalak, Desa Kalibaru, Desa Kalimulya.                
Sepanjang tujuh belas tahun perjalanan Kota Depok sebagai kota administratif mengalami penggantian pemimpin mulai dari walikota pertama Drs. Rukasah Suradimadja (Alm) (1982-1984), Walikota kedua Drs. H. M.I.Tamdjid (1984-1988), Walikota ketiga Drs. H. Abdul Wachyan (1988-1991), keempat Drs. H. Moch. Masduki (1991-1992), kelima Drs. H. Sofyan Safari Hamim (1992-1996) kemudian kepemimpinan Kotip Depok dijabat oleh Walikota Depok keenam Drs. H. Badrul Kamal (1997-2005) yang pada tanggal 27 April 1999 dilantik menjadi Pejabat Walikotamadya kepala Daerah Tingkat II Depok (bersama dengan Peresmian Kota Depok). Kini setelah Depok resmi menjadi daerah otonom, jabatan walikota Depok dilanjutkan oleh Dr. Ir. H. Nur Mahmudi Ismail, Msc. (2005-2010) yang dilantik pada tanggal 26 Januari 2006.

Kota Depok menjadi daerah otonom yang terpisah dari wilayah Kabupaten Bogor terhitung mulai 27 April 1999. Melalui  Undang-Undang Nomor 15 tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon, status Depok yang semula sebagai kota adminstratif berubah menjadi kotamadya (sekarang kota). Luas wilayah kota Depok kini mencapai 20.504,54 Ha (200,29 km) dengan jumlah penduduk 1.353.000 jiwa (pada tahun 2003). Berdasarkan peraturan tersebut Kota Depok memiliki 6 kecamatan dengan 63 kelurahan di dalamnya yaitu Kecamatan Beji, Kecamatan Pancoran Mas, Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Sukmajaya, Kecamatan Limo dan Kecamatan Sawangan. Namun, seiring pemekaran kecamatan yang merupakan implementasi dari Perda Kota Depok Nomor 08 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan di Kota Depok, kecamatan di Kota Depok menjadi sebelas yakni :
  1. Kecamatan Beji meliputi wilayah kerja: Kelurahan Beji, Kelurahan Beji Timur, Kelurahan Kemiri Muka, Kelurahan Pondok Cina, Kelurahan Kukusan, dan Kelurahan Tanah Baru.
  2. Kecamatan Pancoran Mas meliputi wilayah kerja: Kelurahan Pancoran Mas, Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Rangkapan Jaya, Kelurahan Rangkap Jaya Baru, dan Kelurahan Mampang.
  3. Kecamatan Cipayung meliputi wilayah kerja: Kelurahan Cipayung, Kelurahan Cipayung Jaya, Kelurahan Ratu Jaya, Kelurahan Bojong Pondok Terong, dan Kelurahan Pondok Jaya.
  4. Kecamatan Sukmajaya meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan Mekarjaya, Kelurahan Baktijaya, Kelurahan Abadijaya, Kelurahan Tirtajaya, dan Kelurahan Cisalak.
  5. Kecamatan Cilodong meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sukamaju, Kelurahan Cilodong, Kelurahan Kalibaru, Kelurahan Kalimulya, dan Kelurahan Jatimulya.
  6. Kecamatan Limo meliputi wilayah kerja: Kelurahan Limo, Kelurahan Meruyung, Kelurahan Grogol, dan Kelurahan Krukut.
  7. Kecamatan Cinere meliputi wilayah kerja: Kerurahan Cinere, Kelurahan Gandul, Kelurahan Pangkal Jati Lama, dan Kelurahan Pangkal Jati Baru.
  8. Kecamatan Cimanggis meliputi wilayah kerja: Kelurahan Cisalak Pasar, Kelurahan Mekarsari, Kelurahan Tugu, Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Kelurahan Harjamukti, dan Kelurahan Curug.
  9. Kecamatan Tapos meliputi wilayah kerja: Kelurahan Tapos, Kelurahan Leuwinanggung, Kelurahan Sukatani, Kelurahan Sukamaju Baru, Kelurahan Jatijajar, Kelurahan Cilangkap, dan Kelurahan Cimpaeun.
  10. Kecamatan Sawangan meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sawangan, Kelurahan Kedaung, Kelurahan Cinangka, Kelurahan Sawangan Baru, Kelurahan Bedahan, Kelurahan Pengasinan, dan Kelurahan Pasir Putih.
  11. Kecamatan Bojongsari meliputi wilayah kerja: Kelurahan Bojongsari, Kelurahan Bojongsari Baru, Kelurahan Serua, Kelurahan Pondok Petir, Kelurahan Curug, Kelurahan Duren Mekar, dan Kelurahan Duren Seribu.

KONDISI GEOGRAFIS

Kota Depok merupakan wilayah termuda di Jawa Barat dengan  luas wilayah sekitar 200,29 km2. Secara geografis,  Kota Depok terletak pada koordinat 6o 19’ 00” – 6o 28’ 00” Lintang Selatan dan 106o 43’ 00” – 106o 55’ 30” Bujur Timur. Letak goegrafis ini menjadikan Kota Depok  berbatasan langsung dengan Kota Jakarta dan Kecamatan  Ciputat Kabupaten Tangerang di sebelah utara, Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi dan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor di sebelah timur, Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor di sebelah selatan serta Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor di sebelah barat. 

Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah - perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50 – 140 meter diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen . Kota Depok juga dialiri oleh sungai-sungai besar yaitu Sungai Ciliwung dan Cisadane serta 13 sub Satuan Wilayah Aliran Sungai. Disamping itu terdapat pula 25 situ. Data luas situ pada tahun 2005 sebesar 169,68 Ha, dengan kualitas air rata-rata buruk akibat tercemar.

Letak geografis yang strategis yakni diapit oleh Kota Jakarta dan Kota Bogor menyebabkan Kota Depok dapat tumbuh dengan pesat seiring meningkatnya perkembangan jaringan transportasi yang tersinkronasi dengan kota-kota lainnya. Selain itu, pemindahan sebagian besar kegiatan akademis Universitas Indonesia ke Depok yang menempati areal seluas 318 hektar ini turut menjadi faktor pendukung perkembangan kota Depok karena meningkatkan permintaan terhadap perumahan,  barang, dan jasa. Bisnis kos-kosan yang menjamur pada kenyataan yang tampak. Menjamurnya bisnis kos-kosan dan kebutuhan perumahan yang kian meningkat memberi peluang bagi pemerintah daerah untuk mengisi kas daerah. Untuk kegiatan industri di batasi perluasannya dan diarahkan pengembangannya bagi industri yang ramah lingkungan. Pemda memang tidak berencana mengembangkan kawasan khusus untuk industri dengan alasan Depok adalah kota perumahan, perdagangan, dan jasa. Untuk kegiatan industri yang sudah ada, khususnya kelompok industri kimia dan dan barang dari bahan kimia berskala menengah dan besar yang berlokasi di sepanjang jalan raya Bogor-Jakarta, Kecamatan Cimanggis dan Sukmajaya. Industri kecil juga berkembang adalah industri rumahan seperti garmen dan konveksi di Kecamatan Pancoran Mas. Setelah industri yang menjadi kegiatan penyumbang terbesar terhadap total ekonomi daerah, kegiatan perdagangan besar dan eceran menjadi penyumbang terbesar kedua, saat ini perkembangan kegiatan perdagangan dan jasa terkonsentrasi di poros pusat kota di jalan Margonda Raya, poros jalan Arief Rahman Hakim, jalan Akses UI, Parung-Sawangan, pusat Cinere-Limo, Dewi sartika, dan Nusantara.

           Laju pertumbuhan Kota Depok tidak diantisipasi dengan peningkatan fasilitas sarana dan infrastruktur jalan, beberapa ruas jalan di Depok tidak memiliki drainase yang layak, hal ini dikarenakan perkembangan wilayah ini sedari awal tidak disertai dengan perencanaan yang bervisi ke depan sebagai kota permukiman. Berkaitan dengan mobilitas di Kota Depok, persoalan yang dihadapi antara lain tingginya komuter karena sebagian besar penduduk bekerja di DKI Jakarta, terbatasnya jalan alternatif di bagian poros tengah kota menuju Jakarta, kurangnya penataan bangunan pada ruas jalan lintas regional dan sepanjang jalan utama, dan pemanfaatan badan jalan untuk kegiatan perdagangan dan parkir yang menimbulkan kerawanan kemacetan lalu lintas. 


TOPOGRAFI

Kota Depok merupakan dataran rendah bergelombang dengan kemiringan lereng yang landai dengan rata-rata ketinggian mencapai 121 meter dari permukaan laut dan merupakan daerah resapan air bagi DKI Jakarta. Secara topografis wilayah ini perlu dikendalikan dan direncanakan pembangunannya sehingga tidak mengancam ketersediaan air bagi wilayah DKI Jakarta. Selain itu, kondisi topografi seperti ini menyebabkan masalah banjir di beberapa wilayah, terutama kawasan cekungan antara beberapa sungai yang mengalir dari selatan menuju utara: Kali Angke, Sungai Ciliwung, Sungai Pesanggrahan dan Kali Cikeas.

Pelayanan e-KTP di Kelurahan Pasir Putih







Struktur Organisasi Kelurahan Pasir Putih

Struktur Organisasi Kelurahan Pasir Putih
Kecamatan Sawangan
Kota Depok


Lurah

Sekretaris

Seksi Pembangunang dan Perekonomian

Seksi Kemasyarakatan


Senin, Mei 07, 2012

Pelayanan e-KTP Lambat, Warga Pasir Putih Kecewa

Monitor Depok, 14 Februari 2012 17:07

PASIR PUTIH, MONDE: Warga di Kelurahan Pasir Putih (Pasput), Kecamatan Sawangan meminta pelayanan perekaman elektronik (e)-KTP dipercepat agar mereka tidak menunggu lama.

“Pelayanan e-KTP di Pasir Putih sangat lama. Sampai dua jam. Pekerjaan kantor saya pun terbengkalai,” ujar Heri, warga RT 02/01 Kelurahan Pasir Putih, kemarin.

Lambatnya pelayanan, dikatakan Heri dikarenakan alat perekaman yang hanya tersedia satu unit, sedangkan warga yang datang mencapai ratusan orang.

. Langkah yang harus dilakukan dinas terkait di Pemkot Depok adalah dengan menambah alat perekaman data sehingga pelayanannya menjadi cepat.

Pelayanan e-KTP di kelurahan tersebut dilakukan mulai Kamis (9/2), dari 200 warga yang diundang terealisasi 143 orang. Pelayanan berlangsung dari pukul 08.00 hingga pukul 20.00. “Pelayanan e-KTP dari Kamis (9/2) hingga hari ini (kemarin-red) dipenuhi warga. Dari undangan 200 orang, yang datang hampir mencapai 150 orang. Total wajib e-KTP sebanyak 8000 orang,” kata Tondi, staf kelurahan setempat.

Dalam pelayanan tersebut, lanjut Tondi, bisa mencapai tengah malam, seperti yang berlangsung pada hari Jumat (10/2), pelayanan dibuka jam 08.00 dipotong istirahat, kemudian selesai pukul 24.40.

Lurah Pasir Putih Icat Sobari ketika dikonfirmasi tidak membantah lambatnya pelayanan perekaman e-KTP.

“Alat yang dipergunakan untuk perekaman masing-masing satu unit sehingga pelayanan lambat, kami akan mengusulkan ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil untuk menambah alat perekaman sehingga target sampai bulan April bisa terkejar,” paparnya. (sud) 

Sumber: